1. Definisi Penalaran, Proposisi, Inferensi dan Implikasi,
Wujud Evidensi, Cara menguji data dan fakta, dan cara menilai autoritas
· Definisi Penilaian
Proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai (biji,
kadar mutu, harga):penelaahan dan ~ yg lengkap; ~formal seseorang atau
komite yg mempunyai wewenang secara formal untuk menilai bawahannya di dl
ataupun di luar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijakan selanjutnya thd
karyawan itu; ~individual atasan langsung yg secara individual menilai
perilaku dan prestasi kerja bawahannya; ~informal seseorang yg melakukan
penilaian tt kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan tiap karyawan; ~kolektif tim
yang melakukan penilaian prestasi karyawan dan menetapkan kebijakan selanjutnya
thd karyawan tersebut; ~pekerjaan penentuan nilai dari suatu pekerjaan
untuk menentukan skala gaji, syarat-syarat kenaikan pangkat, dan perangsang
terhadap pekerjaan.
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat
pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat
harus dapat dipercaya,
disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya,
proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau
salah.
Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
2. Predikat adalah
perkara yang dinyatakan dalam subjek.
· Definisi inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal
kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar.
Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference
dipelajari dalam bidang logika.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik
kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi
kognitif ; kecerdasan
buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk
meniru inferensi manusia. inferensi
statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
Proses di mana kesimpulan disimpulkan dari pengamatan
beberapa disebut penalaran
induktif. Kesimpulannya mungkin benar atau salah, atau benar dalam tingkat
tertentu akurasi, atau yang benar dalam situasi tertentu. Kesimpulan
disimpulkan dari pengamatan beberapa dapat diuji oleh pengamatan tambahan.
Definisi ini diperdebatkan (karena kurangnya kejelasan Ref:.
Oxford kamus bahasa Inggris: “induksi … 3 Logika kesimpulan dari suatu hukum
umum dari contoh-contoh tertentu..”) Definisi yang diberikan sehingga hanya
berlaku ketika “kesimpulan” adalah umum.
1. Sebuah kesimpulan yang dicapai pada dasar bukti dan
penalaran.
2. Proses mencapai kesimpulan seperti: “ketertiban,
kesehatan, dan dengan kebersihan inferensi”.
Contoh inferensi
Inkoherensi: tidak ada definisi inferensi deduktif telah
ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF. Filsuf
Yunani didefinisikan sejumlah silogisme , bagian tiga kesimpulan yang benar, yang
dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita
mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
- Semua manusia fana
- Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang
benar, tetapi Logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan
mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar. Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar. Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
- Semua apel biru.
- Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.
· Definisi implikasi
Pada dasarnya implikasi bisa kita definisikan sebagai akibat
langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi
secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah tersimpul di dalamnya. Di dalam
konteks penelitian sendiri, implikasi bisa di lihat. Apabila dalam sebuah
penelitian kita mempunyai kesimpulan misalnya "A", "Manusia itu
bernafas". Maka "Manusia itu bernafas" yang kita sebut dengan
implikasi penelitian. Untuk contohnya, dalam hasil penelitian kita menemukan
bahwa siswa yang di ajar dengan metode "A" lebih kreatif serta
memiliki skill yang lebih baik.
Dengan demikian dengan menggunakan metode belajar
"A" kita bisa mengharapkan siswa menjadi lebih kreatif dan juga
memiliki skill yang baik. Setelah itu perlu juga untuk dihubungkan dengan
konteks penelitian yang telah kita bangun. Contohnya, sampelnya kelas berapa?
seperti apa karakteristik sekolah? ada berapa sampel? dan lain-lainnya. Nah,
memang sudah seharusnya implikasi penelitian di lakukan secara spesifik layaknya
karakteristik di atas.
· Pengertian Wujud
Evidensi
Adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan
fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga
disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk
ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat
dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara bagaimana
kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal Mr.A
mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa
komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan
"fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap
keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai
"kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di
kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang
persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan
kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah
tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan
tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana
saya duduk, "Ada tiga jendela di dalam ruang ini," persetujuan atau
ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin
persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data
atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan
keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
· Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus
merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara
tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai
evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
· Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut
baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa
semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
· Cara menilai autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua
desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan
pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
2. Cara menguji data, fakta dan autoritas
Cara menguji data, fakta dan autoritas
Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus
merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara
tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai
evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penalaian. Penilaian tersebut
baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa
semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua
desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan
pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Sumber : http//wikipedia.com
3. Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari
oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan
isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. jadi Metode berpikir keilmuan
sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5
aspek/matra. Kelima aspek tersebut
adalah:
a. Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu
dengan yang lain dalam
suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah
harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang
masalah – rumusan
masalah – tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan
masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan
dengan pembahasan, dan
harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
b. Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang sesuatu yang harus
didahulukan/ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat
pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir
tertentu.Pada bagian Pendahuluan,
dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori
merupakan paparan
kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru
setelah itu persoalan
dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan
disajikan kesimpulan atas
pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah
c. Aspek argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta,
analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang
telah dibuktikan. Hampir
sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan
argumen-argumen mengapa masalah
tersebut perlu dibahas (pendahuluan),
pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam
analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan
mendalam.
d. Aspek teknik penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah
digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan
tertentu, dan teknik ini bersifat
baku dan universal.
e. Aspek bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut?
baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan
ilmiah. Penggunaan
bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar
keilmiahan suatu karya sastra
lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif, sebisa mungkin
menghindari kata ganti diri
(saya, kami, kita), susunan kalimat efektif/hindari
kalimat-kalimat dengan klausa-klausa
yang panjang.
4. Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu
yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang
umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka
2006)
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi
yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48
Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005).
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan
yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu,
tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena
beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka
sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Buat contoh penegasan kita kembali pada masyarakat Yunani,
masyarakat yang sebenarnya merintis kesopanan manusia. Lama sudah terpendam
dalam otaknya Archimedes, pemikir Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi,
persoalan: apa sebab badan yang masuk barang yang cair itu, jadi enteng
kekurangan berat? Ketika mandi, maka jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum
di matanya dan kegiatan yang memasuki jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat
istiadat negara dan bangsanya. Dengan melupakan pakaiannya, ia keluar dari
tempat mandinya dengan bersorak-sorakkan “heureuka” saya dapati, saya dapati,
adalah satu contoh lagi dari kuatnya nafsu ingin tahu dan lazatnya obat haus
“ingin” tahu itu. Archimedes menjalankan experiment yang betul, ialah badannya
sendiri, yang jadi benda yang dicemplungkan ke dalam air buat mandi. Dengan
cara berpikir, yang biasa dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan
satu undang yang setiap pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari
dalam sekolah di seluruh pelosok dunia sekarang.
Menurut undang Archimedes, maka kalau benda yang padat
(solid) terbenam pada barang cair, maka benda tadi kehilangan berat sama dengan
berat zat cair yang dipindahkan oleh benda itu.Tegasnya kalau berat Archimedes
di luar air umpamanya B gram dan berat air yang dipindahkan oleh badan
Achimedes b gram, maka berat Archimedes dalam air tidak lagi B gram, melainkan
(B-b) gr.
Dengan contoh dirinya sendiri sebagai benda dan air sebagai
barang cair, maka simpulan yang didapatkan Archimedes dalam tempat mandi itu
belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda dalam alam, kalau dicemplungkan ke
dalam semua zat cair mestinya kekurangan berat sama dengan berat-zat cair yang
dipindahkan oleh benda itu. Kalau semuanya takluk pada kesimpulan tadi, barulah
kesimpulan itu akan jadi Undang dan barulah Archimedes tak akan dilupakan oleh
manusia sopan, manusia yang betul-betul terlatih sebagai bapak undang itu. (Madilog. hal
100-101 Tan Malaka, Pusat Data Indikator)
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena
yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah
bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Generalisasi Induktif
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari
fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas
cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya
memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya: Omas juga bintang iklan, tetapi
tidak berparas cantik.
Macam-Macam Generalisasi
Generalisasi sempurna Adalah generalisasi dimana
seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi Tidak Sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian
fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum
diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang
memakai celana pantalon.
Hipotesis dan Teori
Definisi Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara
terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di
bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir
biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.Dalam penggunaannya sehari-hari
hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di
dalamnya.
Definisi Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel,
definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa
variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk
yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah
satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata
yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan
karyawan-karyawati.
Jenis-jenis Analogi
Analogi induktif:
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan
persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa
yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif : Tim Uber Indonesia mampu
masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan
masuk babak final jika berlatih setiap hari.
Analogi deklaratif:
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang
sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena
ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan
hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif: Deklaratif untuk penyelenggaraan
negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga
negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar
diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
Hubungan Kausal
Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan
pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan
dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian
(sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua
dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam
metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari
kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang
hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis
tersebut.
Induksi Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf
dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau
memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu
topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi
uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut
paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Itu tadi ulasan tentang Berfikir Induktif yang
menyangkut generalisasi, hipotesis dan teori, analogi, hubungan kasual dan
induksi dalam metode eksposisi.
Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang
berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang
khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal
273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat
Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Pada induksi kita berjalan dari bukti naik ke undang. Pada
cara deduksi adalah sebaliknya. Kita berjalan dari Undang ke bukti. Kalau kita
bertemu kecocokan antara undang dan bukti, maka barulah kita bisa bilang, bahwa
undang itu benar. Kalau kita sudah terima, bahwa semua benda kehilangan berat
dalam semua cair, maka kita ambil satu benda dan satu zat cair buat
penglaksanaan. Kita ambil sepotong timah, kita timbang beratnya di udara. Kita
dapat B gram. Kita masukkan timah tadi ke dalam air. Kita timbang beratnya air
yang dipindahkan oleh timah tadi, kita dapati b gram. Menurut undang Archimedes
timah tadi mesti kehilangan berat b gram. Jadi ditimbang dalam air, beratnya
menurut Archimedes mestinya (B-b) gram. Sekarang kita ambil beratnya dan
timbangan timah yang terbenam tadi. Betul kita dapat (B-b) gr. Jadi betul cocok
dengan undang Archimedes. Sekarang induction sudah beralasan deduction,
kebenaran undang sudah di sokong oleh penglaksanaan. Berulang-ulang kita
lakukan pemeriksaan kita dengan benda dan zat cair berlainan dan berulang-ulang
kita saksikan kebenaran undangnya Archimedes, pemikir Yunani itu. (Madilog. hal
104. Tan Malaka, Pusat Data Indikator).
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Silogisme terbagi dalam 3 jenis yaitu silogisme
kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif.
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
1. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka
kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
2. Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka
kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
3. Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak
sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat
kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
4. Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak
akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang
menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah
satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
5. Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu,
maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja
binatang melata.
6. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten
dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka
kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada
premis 1 bersifat positif
7. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi
lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
∴ Januari bersinar dilangit?
8. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term
subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah argumen yang premis mayornya
berupa proposisi hipotesis, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui
bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui
bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan
gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari
silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik.
Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen
dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah
= salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimem
Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en”
artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis sylogisme yang
tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk
menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen
karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme”
kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari
bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika,
sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan
kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada
demonstrasi
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
Menipu adalah dosa
Karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah
premis minor (karena bersifat khusus). Maka silogisme dapat disusun:
Mn: Menipu merugikan orang lain
K: Menipu adalah dosa.
0 komentar
Posting Komentar